Berbagai formula bayi banyak yang telah tersedia di pasar, formula normal maupun formula khusus. Di antara formula khusus, tersedia antara lain formula hipoalergenik. Penggunaan formula khusus hanya dilakukan pada keadaan khusus, yaitu untuk bayi yang memang memerlukannya. Selain harganya yang mahal dari formula normal, formula khusus juga didesain untuk keadaan khusus, yaitu komposisi nutriennya berbeda dari komposisi formula bayi normal.

Insidens dan Manifestasi Klinis
Angka kejadian alergi susu sapi pada bayi cukup tinggi. Berbagai penelitiaaan retrosprektif dan prospektif menjunjukkan angka kejadian alergi susu sapi pada bayi sebesar 0,5-7,5%. Gejala alergi susu sapi dapat mengenai berbagai organ antara lain kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Bentuk klinis yang sering ditemukan adalah yang Non-IgE mediated, yaitu enteropati, enterokolitis dan kolitis. Bila manifestasi klinis utamanya berupa gejala malabsorbsi disebut sebagai enteropati. Disebut enterokolitis bila diare, muntah dan perdarahan merupakan gejala yang mencolok pada anak yang tampak sakit. Bila perdarahan perrektum yang terjadi ringan pada bayi yang tampak sehat disebut sebagai kolitis.

Enteropati
Merupakan reaksi imunologik terhadap protein susu sapi yang menimbulkan kerusakan mukosa usus halus. Biasanya terjadi setelah serangan diare akut karena infeksi pada usia 1-18 bulan. Gejala utamanya berupa diare, muntah, gagal tumbuh dan malabsorbsi karbohidrat. Pada pemeriksaan biopsi usus memperlihatkan atropi vilus dan infiltrasi sel. Pada sebagian besar kasus terjadi protein lossing enteropathy. Selain terhadap protein susu sapi, pada sebagian kasus alergi pula terhadap protein kedele, telur dan gandum. Pada sebagian besar pasien menjadi toleran terhadap protein susu sapi pada usia 3 tahun.

Enterokolitis
Terjadi pada bayi usia 1 minggu sampai 3 bulan. Gejala utamanya berupa muntah, diare hebat dan severe shocklike state. Mulai timbul antara 1-10 jam setelah minum susu sapi. Pada tinja tampak darah, netrofil, eosinofil dan juga positif pada uji reduksi (karbohidrat). Selain protein susu sapi, sebagian penderita alergi pula terhadap protein telur, gandum, beras, oat dan kacang-kacangan.

Kolitis
Terjadi pada beberapa bulan pertama kehidupan (2hari-3bulan). Gejala berupa darah dalam tinja, dengan atau tanpa diare. Bayi tampak sehat, tidak tampak sakit. Perdarahan per rektum biasanya ringan, jarang perdarahan hebat. Lesi hanya terbatas pada kolon. Toleran susu sapi pada 12-24 bulan sebagian bayi alergi pula terhadap protein kedele.

Diagnosis dan Terapi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan dikonfirmasi dengan eliminasi provokasi. Biopsi usus pada saat eliminasi dan provokasi dapat memastikan gangguan pada saluran cerna pada alergi susu sapi.

Karena alergi terhadap protein susu sapi , maka alternatif penggantinya adalah formula protein kedele atau formula hidrolisat protein. Formula kedele lebih murah harganya dan rasanya pun lebih dapat diterima bayi dibanding formula hidrolisat protein. Tetapi pada sekitar 35% bayi yang alergi susu sapi, alergi pula terhadap protein kedele. Oleh karena itu formula hidrolisat protein lebih sering digunakan. Untuk pencegahan, formula hipoalergenik dapat digunakan pada bayi dengan resiko yaitu bayi dengan riwayat atopi dalam keluarganya.

 

Hipoalergenik

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment