Apa itu Penyakit Hipertensi?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi  adalah sebuah penyakit degeneratif yang artinya semakin tua kita semakin besar kemungkinan kita untuk terkena tekanan Darah Tinggi, tanpa memandang jenis kelamin, ras, suku, maupun sosial ekonomi. Bahayanya, Hipertensi ini tidak ada rasanya bila belum menimbulkan komplikasi, sehingga orang sering tidak menyadari dirinya telah mempunyai Tekanan Darah Tinggi sampai akhirnya terlambat.

Akibat yang ditimbulkan Tekanan Darah Tinggi adalah penyakit-penyakit fatal seperti stroke, serangan jantung, dapat juga sampai langsung meninggal. Semua orang di atas 18 tahun sebaiknya mengukur tekanan darah mereka secara teratur, terlebih bila memiliki faktor risiko seperti keturunan, merokok, dan berat badan berlebihan.

Hipertensi saat ini dikatakan bila memiliki tekanan darah atas (sistolik) 130 mmHg atau bawah (diastolik) 80 mmHg. Tekanan darah yang betul-betul normal adalah tekanan darah atas (sistolik) di bawah 120 mmHg dengan bawah (diastolik) di bawah 80 mmHg. Bukan artinya saat memiliki tekanan darah 130/80 mmHg harus mendapatkan pengobatan dengan obat namun idealnya harus lebih waspada dengan kondisi tekanan darahnya. Tekanan darah yang cenderung tinggi adalah tanda bahwa tekanan darah mulai meningkat dan perlu dilakukan modifikasi diet dan gaya hidup sebelum tekanan darah semakin tinggi. Perlu diingat bahwa saat tekanan darah semakin tinggi, modifikasi gaya hidup menjadi kecil kemungkinan keberhasilannya dan tidak ada jalan lain selain mengonsumsi obat-obatan. Obat antiTekanan Darah Tinggi yang telah dikonsumsi biasanya perlu dikonsumsi seumur hidup karena penghentiannya akan meningkatkan tekanan darah.

Apa Hubungan Penyakit Hipertensi & Gagal Ginjal Kronik?

Lalu bagaimana dengan penyakit ginjal kronik akibat Hipertensi? Masyarakat sering salah paham dengan menganggap obat antiTekanan Darah Tinggi menyebabkan kerusakan ginjal. Memang ada dua jenis obat antiTekanan Darah Tinggi yang perlu diawasi efeknya pada ginjal, yaitu ACE-Inhibitor dan ARB, obat ini biasanya berakhir dengan –pril (misal captopril, imidapril, dll) dan –tan (misal valsartan, telmisartan, dll). Obat-obatan ini dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal pada orang dengan gangguan pembuluh darah ginjal (bawaan atau didapat) sehingga penggunaannya perlu dengan diawasi pemeriksaan ulang kreatinin (fungsi ginjal) dalam waktu 2 minggu setelah memulai obat.

Namun jangan salah persepsi, pada individu dengan pembuluh darah ginjal yang baik, kedua jenis obat ini malah dapat memproteksi ginjal dan merupakan obat pilihan utama guna menurunkan kebocoran protein di ginjal, dimana protein yang terus keluar dari ginjal adalah tanda kerusakan ginjal yang sering didapatkan pada pasien penyakit ginjal kronik akibat Tekanan Darah Tinggi atau diabetes. Kontrol tekanan darah yang baik, dengan target yang berbeda sesuai usia dan penyakit penyerta, malah dapat mengurangi risiko terkenanya stroke, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

Mengingat prevalensi Tekanan Darah Tinggi yang sangat tinggi (46-69%) dari jumlah populasi dewasa (Tekanan Darah Tinggi berdasarkan kriteria ACC/AHA 2017), memang Tekanan Darah Tinggi adalah penyebab nomor dua penyakit ginjal kronik. Ginjal memerlukan sistem sirkulasi darah yang baik untuk bekerja, fungsi ginjal adalah semacam menyaring darah dari toksin dan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh, sehingga darah yang melalui ginjal sangatlah banyak, bila tekanan di pembuluh darah tinggi, maka sel ginjal tidak akan mendapatkan cukup oksigen untuk bekerja dengan baik. Sebaliknya, ginjal yang sehat juga berfungsi mengatur tekanan darah, sehingga tekanan darah pasien dengan gangguan ginjal akan semakin tinggi, dan seperti lingkaran setan, fungsi ginjal akan semakin menurun sampai akhirnya ginjal tidak berfungsi lagi.

Penurunan fungsi ginjal, seperti halnya Tekanan Darah Tinggi, pada tahap awal tidak ada rasanya. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal baru akan merasakan ada yang salah dengan dirinya (merasa sakit) saat ginjalnya sudah dalam kerusakan tahap lanjut, sehingga tidak heran banyak pasien kaget dan dapat jatuh dalam depresi akibat berita buruk yang mendadak mereka dengar. Siapa yang tidak kaget saat dokter mendiagnosis dengan gagal ginjal dan perlu segera dilakukan cuci darah (hemodialisis).

Fungsi ginjal dapat dihitung dengan pemeriksaan laboratorium sederhana, dan kadang nilai yang normal bukan artinya benar-benar normal. Sering pasien datang dengan nilai kreatinin yang normal namun saat dilakukan pemeriksaan urin sudah terjadi kebocoran protein, atau masih dalam kisaran normal namun sebenarnya sudah terjadi kenaikan dari nilai kreatinin sebelumnya, yang artinya sudah terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum, individu usia di bawah 40 tahun seharusnya memiliki nilai kreatinin di bawah 1 mg/dl. Penyakit ginjal kronik diproyeksikan akan meningkat dari 13.2% saat ini menjadi 16,7% tahun 2030 (American Journal of Kidney Diseases) dan data ini adalah data dewasa usia mulai 30 tahun. Diagnosis dini dapat mencegah atau menghambat perburukan fungsi ginjal. Hal ini menjadi penting karena siapapun tidak mau menjadi pasien gagal ginjal terminal dan biaya yang disedot untuk terapi pengganti ginjal sangat tinggi. Data BPJS tahun 2016 menunjukkan penyakit ginjal adalah urutan kedua pemakai dana BPJS dengan besar 2 triliun per tahun.

Pesan yang dapat saya berikan untuk pencegahan penyakit ginjal namun sering dilupakan adalah makanlah makanan yang sehat tanpa zat kimia, jangan makan atau minum yang sangat panas dari wadah plastik yang bukan untuk makanan atau minuman panas, minum air putih yang utama, hindari minuman instan, dari botol, kaleng, atau kemasan lain, hindari polusi dan rokok, olahraga teratur, dan deteksi dini dengan rutin memeriksakan kesehatan termasuk pemeriksaan gula darah, pemeriksaan urin dan tekanan darah.

Narasumber : dr. Mutalib Abdullah, Sp.PD, KGH, FINASIM

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment