Waspadai Abses Anal, Benjolan Pada Anus Yang Menyakitkan

Mengapa Kita Harus Waspadai Abses Anal

Pengertian Abses Anal

Abses peranal adalah infeksi di sekitar anus,berupa benjolan berisi nanah. Abses perianal dapat menimbulkan rasa sakit yang sangat oleh karena tekanan atau pem-bengkakan yang disebabkan oleh nanah tersebut. Nyeri tersebut terutama dirasakan saat duduk, tertekan atau saat buang air besar.

Abses anal umumnya ditandai dengan benjolan kecil kemerahan, terasa panas di sekitar anus. Pada beberapa kasus, abses perianal juga dapat muncul di rektum (bagian akhir usus besar sebelum anus).

Bila tidak segera ditangani, abses perianal dapat menyebabkan terbentuknya saluran tidak normal di anus (fistula ani). Kondisi ini akan membuat rasa sakit yang berulang dan luka disekitar anus yang selalu mengeluarkan nanah atau darah. Pada beberapa kasus yang disertai dengan komplikasi seperti diabetes melitus dapat menyebabkan infeksi berat (sepsis) yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu kita harus waspadai abses anal yang bisa membahayakan hidup kita.

Gejala

Gejala umum abses anal adalah nyeri di sekitar anus atau rektum yang terasa menusuk dan panas. Rasa sakit ini berlangsung terus menerus dan bertambah parah saat duduk, batuk, dan buang air besar (Hajlan, 2016)

Gejala lain yang muncul akibat abses perianal adalah:

  • Sembelit
  • Demam dan menggigil
  • Tubuh mudah lelah
  • Sulit buang air kecil
  • Iritasi, bengkak, dan kemerahan di sekitar anus
  • Keluar nanah atau darah dari dubur

Sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter bila mengalami gejala tersebut.

Penyebab

Penyebab umum penyakit abses perianal ini adanya infeksi yang disebabkan bakteri disekitar anus yang masuk melaui luka ke bagian sekitar lekukan di dekat ujung anus (Kripta) yang merupakan muara dari kelenjar bertugas menghasilkan cairan pelumas yang berguna saat kita BAB. Biasanya bakteri ini hidup di dalam usus besar atau tinggal di daerah kulit dekat anus. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh luka di anal yang terinfeksi, infeksi menular seksual, atau gangguan usus seperti penyakit Crohn dan divertikulitis usus besar (DF, Waheed, & F, 2020)

Berikut Penyabab penyakit abses perianal

  • Adanya sumbatan pada kelenjar di sekitar anus
  • Adanya fisura, atau robekan, pada anus, yang terinfeksi
  • Infeksi menular seksual
  • Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan abses perianal adalah:
  • Riwayat menjadi pasangan reseptif yang melakukan hubungan seksual melalui anus (seks anal)
  • Infeksi usus besar
  • Peradangan pada saluran cerna
  • Diabetes
  • Peradangan pada panggul

Tindakan Penanganan

Medika mentosa dengan  pemberian antibiotik, antiradang, antinyeri.

Pembedahan merupakan cara yang paling efektif apabila pemberian medikamentosa tidak menunjukkan perbaikan. Pada penanganan ini kantung dari nanah tersebut harus di bersihkan sampai ke semua salurannya.

Paling baik untuk mengatasi abses anal sebelum pecah karena apabila hal tersebut terjadi kemungkinan terjadinya fistula ani semakin tinggi. (Publishing, 2020)

Dengan perawatan yang tepat, orang dengan penderita abses anal dapat pulih total dalam jangka waktu yang pendek Berikut adalah penanganan rumahan untuk mengatasi abses anal :

  • Gunakan teknik lembut untuk membersihkan area anal.
  • Jagalah area anal anda agar tetap kering dengan mengganti celana dalam secara berkala dan pakai bedak untuk meresap kelembapan berlebih.
  • JANGAN melakukan anal sex

Pada beberapa kasus, bayi dan balita dapat mengalami kondisi ini. Penggantian popok yang sering serta pembersihan yang benar dapat membantu pencegahan abses anal. 

balita dapat mengalami kondisi ini. Penggantian popok yang sering serta pembersihan yang benar dapat membantu pencegahan abses anal. 

Narasumber: dr. Okkian Wijaya K, Sp.B (K)BD FINACS

Mengenal Dampak Dari Penyakit Kulit Actinic Keratosis

Pengertian

Actinic Keratosis atau solar keratosis adalah kondisi di mana kulit menjadi kasar, menebal, bersisik, akibat paparan sinar matahari dalam waktu yang lama atau penggunaan alat tanning untuk menghitamkan kulit.

Actinic keratosis biasanya dialami oleh orang yang berusia 40 tahun ke atas dan orang yang sering beraktivitas di bawah sinar matahari dalam waktu yang lama. Actinic keratosis berkembang secara perlahan dan tidak menyebabkan gejala. Meskipun penyakit ini jarang terjadi, kondisi ini berpotensi menyebabkan kanker kulit [1].

Penyebab

Paparan sinar matahari (ultraviolet) secara berlebihan dan dalam waktu lama (bertahun-tahun), tanpa menggunakan pelindung (tabir surya, topi, pakaian tertutup) merupakan penyebab utama terjadinya actinic keratosis.

Faktor Risiko

Actinic keratosis dapat menyerang siapapun. Meski begitu, seseorang lebih beresiko terkena kondisi tersebut jika [2]:

  • Berusia lebih dari 40 tahun
  • Tinggal di area yang banyak paparan sinar matahari
  • Sering melakukan kegiatan di bawah sinar matahari dalam waktu lama
  • Riwayat kulit terbakar akibat sinar matahari
  • Memiliki tipe kulit yang putih
  • Sering menggunakan atau riwayat penggunaan tanning bed atau alat penghitam kulit
  • Memiliki sistem imun yang rendah, misalnya akibat usia lanjut, penderita kanker, HIV/ AIDS, dan penggunaan alat kemoterapi atau obat-obatan imunosupresan

Tanda dan gejala

Actinic keratosis umumnya muncul pada bagian kulit yang sering terkena paparan sinar matahari.seperti wajah, telinga, bibir, kulit kepala yang botak, leher, lengan, dan punggung tangan. Beberapa perubahan yang dapat terjadi pada area kulit yang terdampak adalah [3] :

  • Bercak kasar, kering, dan bersisik
  • Kadang berupa beruntus kasar, permukaannya mirip seperti kutil
  • Bercak atau beruntus tersebut dapat berwarna kemerahan, sewarna kulit, atau kecokelatan
  • Area yang mengalami kelainan umumnya berdiameter 2.5 cm atau lebih kecil
  • Umumnya tidak bergejala, namun dapat disertai rasa gatal, sensasi terbakar, nyeri saat disentuh, dan berdarah.

Kapan harus ke dokter

Segera periksakan ke dokter jika terjadi perubahan kulit. Penderita actinic keratosis juga dianjurkan untuk segera menemui dokter jika mengalami gejala yang perlu diwaspadai seperti :

  • Ada pertumbuhan jaringan yang tidak biasa di permukaan kulit
  • Timbul benjolan atau jaringan kulit baru di permukaan kulit yang bertambah besar, terasa sakit, atau berdarah
  • Pernah mengalami actinis keratosis sebelumnya, dan terlihat ada bercak-bercak baru pada kulit

Diagnosis

Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan gejala yang dialami. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sambil memperhatikan area kulit yang mengalami kelainan. Apabila masih ada keraguan dan dikhawatirkan bercak-bercak yang diderita disebabkan oleh penyebab lain, dokter kulit melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan biopsi dan dermoskopi. Pada saat melakukan dermoskopi, dokter akan menggunakan mikroskop pembesar bernama dermatoscope untuk memeriksa permukaan kulit dan kelainan yang muncul. Pada prosedur biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan pasien untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium

Pengobatan

Actinic keratosis dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan, tindakan khusus, atau operasi. Jenis pengobatan ditentukan oleh dokter berdasarkan jumlah actinic keratosis yang dialami, ketebalan dan lokasinya, adanya tanda-tanda keganasan, serta kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan [4].

  • Obat-obatan

Digunakan untuk actinic keratosis yang tipis dan rata. Obat yang diberikan merupakan obat topikal (oles) dalam bentuk krim atau gel. Obat-obatan ini meliputi :

– Gel antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs), digunakan selama 3 bulan.

– Krim fluorouracil, digunakan selama 2-8 minggu.

– Krim imiquimod, digunakan 2-3 kali per minggu selama 4-16 minggu.

  • Terapi photodynamic (PDT)

Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan actinic keratosis beulang atau actinic          keratosis dengan jumlah banyak. Pada prosedur ini, dokter akan mengoleskan bahan          kimia yang membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar. Kemudian dokter akan            menggunakan lampu khusus untuk mengaktifkan bahan kimia tersebut sehingga 
        menghancurkan actinic keratosis.

  • Krioterapi

Pada prosedur ini, dokter menggunakan cairan nitrogen untuk membekukan dan             mengangkat actinic keratosis.

  • Elektrokauter dan kuretase

Untuk actinic keratosis yang tebal, tindakan elektrokauter dengan scraping mungkin akan disarankan dokter sebagai solusi untuk mengangkat sel-sel yang rusak. Awalnya dokter akan memberikan suntikan anastesi lokal pada pasien, kemudian mengikis sel-sel yang rusak pada permukaan kulit menggunakan alat kuret. Terapi akan dilanjutkan dengan tindakan electrosurgery yang bertujuan untuk menghancurkan jaringan yang tersisa menggunakan aliran listrik.

  • Operasi

   Tindakan operasi dan biopsi dilakukan pada lesi actinic keratosis yang dicurigai telah mengalami perubahan ke arah keganasan/ kanker kulit.

Komplikasi

Jika pengobatan telah dilakukan dengan benar, actinic keratosis jarang menimbulkan komplikasi. Namun pada kasus tertentu bintik-bintik ini dapat berubah menjadi kanker kulit, yang paling sering adalah karsinoma sel skuamosa. Risiko perubahan menjadi kanker kulit meningkat bila ditemukan lesi actinic keratosis dengan jumlah lebih 10, disertai keluhan nyeri, aktinic keratosis yang tebal, menjadi luka dan membesar dengan cepat. Kanker sel skuamosa adalah kanker yang jarang membahayakan nyawa. Akan tetapi, kanker ini dapat menyebar ke jaringan dan organ tubuh lainnya jika tidak diobati dengan benar.

Pencegahan

Perlindungan diri dari sinar UV sangat penting untuk mencegah perkembangan dan kambuhnya actinic keratosis. Jika Anda yang sering beraktivitas di bawah sinar matahari, sangat disarankan untuk melakukan pencegahan berikut [5]:

  • Gunakan tabir surya yang tahan air dan mengandung SPF 30. Oleskan di bagian tubuh, yang sering terpapar sinar matahari secara merata.
  • Batasi beraktivitas di bawah matahari secara langsung antara pukul 10 pagi hingga 3 sore, karena sinar ultraviolet yang dipancarkan sangat tinggi.
  • Lindungi kulit dari paparan sinar matahari dengan pakaian lengan panjang, celana panjang, kaos kaki, sepatu tertutup, jaket, dan topi
  • Hindari menggunakan tanning bed. Alat tanning akan memancarkan ultraviolet dan radiasi yang dapat merusak kulit.
  • Lakukan pemeriksaan kulit secara berkala, jika kulit Anda bermasalah agar bisa langsung ditangani jika gejala actinic keratosis terdeteksi.

Narasumber: dr. Inneke Halim, Sp.KK

Lebih Tenang Melakukan Perjalanan di Masa Pandemi

Pentingnya Sertifikat Fit to Fly

Pandemi virus Covid-19 sedang melanda Indonesia, bahkan seluruh negara di dunia. Dari data yang dikutip dari website Satgas Covid-19, per tanggal 29 Maret 2021, pasien yang sudah terkonfirmasi positif virus Covid-19 di Indonesia berjumlah 1.496.085 orang, dengan kasus aktif sebanyak 124.236 orang (8,3%), sembuh 1.331.400 orang (89%), dan meninggal dunia 40.449 orang (2,7%).

Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menekan angka penularan virus Covid-19, salah satunya dengan mewajibkan masyarakat menjalankan protokol kesehatan secara disiplin, seperti memakai masker dengan benar, menjaga jarak dengan orang lain, rajin mencuci tangan, serta menghindari melakukan perjalanan bila tidak diperlukan. Meskipun demikian, sebagian masyarakat tetap diharuskan melakukan perjalanan karena kepentingan pekerjaan. Oleh karena itu, sebelum melakukan perjalanan, para pelaku perjalanan disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan skrining Covid-19. Hasil pemeriksaan tersebut menjadi salah satu syarat diterbitkannya surat kelaikan terbang (Fit to Fly Certificate) atau sertifikat fit to fly.

Siapa Saja Yang Wajib Mendapatkan Sertifikat Fit to Fly?

Sertifikat fit to fly juga disarankan bagi calon penumpang dengan riwayat alergi, asma, sinusitis, deep vein thrombosis, tindakan operatif, penyakit jantung, paru-paru, saraf, dan lain sebagainya. Selain itu, maskapai penerbangan juga akan membutuhkan medical clearance (medical information) bagi para calon penumpang yang sedang dalam kondisi tertentu seperti ibu hamil atau bayi baru lahir, atau membutuhkan bantuan orang/alat selama perjalanan, atau kondisi dimana lingkungan penerbangan dapat memberikan dampak pada kesehatan calon penumpang.

Perlu diingat bahwa dalam peraturan dari International Air Transport Association (IATA) disebutkan bahwa hanya Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan (Sp.KP) yang berhak menyatakan seseorang aman untuk melakukan perjalanan dan mengeluarkan sertifikat fit to fly.

Untuk memfasilitasi hal tersebut, Bethsaida Hospital memiliki layanan baru, yaitu Klinik Kesehatan Penerbangan dan Perjalanan (Aviation and Travel Health Center), yang didukung oleh tenaga ahli kami yaitu seorang Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan (Sp.KP). Dokter kami akan mempersiapkan dan memastikan agar Anda tetap sehat sebelum, selama, dan sesudah melakukan perjalanan.

“Dalam melakukan persiapan untuk perjalanan, kita harus melakukan manajemen risiko. Risiko tersebut bisa berasal dari diri sendiri, risiko selama perjalanan, dan risiko di tempat tujuan. Salah satu risiko yang penting adalah risiko kesehatan. Tentu saja kita tidak ingin mengalami gangguan kesehatan saat atau sesudah kita berada di tempat tujuan. Oleh karena itu, bersama-sama kita diskusikan persiapan-persiapan apa saja yang dapat kita lakukan, agar kita tetap produktif setelah kita sampai di tempat tujuan.” demikian pesan dari dr. Fransiscus Januar Widjaja, Sp.KP

Narasumber: dr. Fransiscus Januar Widjaja, Sp.KP

Kenali Bahaya Abses Gigi Yang Seringkali Diremehkan

Mengenal Bahaya Abses Gigi

Terbentuknya kantong atau benjolan berisi nanah pada gigi. Abses gigi disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar akar gigi maupun di gusi. Infeksi bakteri penyebab abses gigi umumnya terjadi pada orang dengan kebersihan dan kesehatan gigi maupun gusi yang buruk. Nanah yang berkumpul pada benjolan, lambat laun akan terasa bertambah nyeri.

Penyakit ini dapat dicegah dengan menyikat gigi dengan rutin atau membersihkan gigi dengan benang. Untuk mencegah dan menghindari kerusakan dan abses gigi, dianjurkan untuk rutin memeriksa gigi di dokter gigi.

Gejala Dari Abses Gigi

Salah satu gejala utama abses gigi adalah munculnya rasa sakit yang datang tiba-tiba dan bisa semakin buruk di gigi atau gusi. Mengingat bahaya abses gigi ini maka penting untuk kita ketahui bersama gejala – gejala yaBeberapa gejala lain yang bisa dirasakan oleh penderita abses gigi antara lain :

  • Demam
  • Gusi bengkak
  • Rasa sakit saat mengunyah dan menggigit
  • Sakit gigi yang menyebar ke telinga, rahang, dan leher
  • Gigi berubah warna
  • Gigi menjadi goyang
  • Sensitif pada makanan yang dingin atau panas
  • Bau mulut
  • Kemerahan dan pembengkakkan pada wajah
  • Pembengkakkan pada kelenjar getah bening di leher atau bawah rahang
  • Sesak nafas

Penyebab

Abses gigi muncul karena adanya bakteri yang ada di rongga mulut, masuk ke celah gigi dan gusi. Celah tersebut dapat terbentuk akibat sisa makanan yang nyangkut dan tidak dibersihkan dengan baik. Celah antara gigi dan gusi juga bisa terbentuk semakin dalam apabila kebersihan mulut tidak terjaga dengan baik. Dalam dunia kedokteran, ini disebut sebagai poket periodontal. Apa bila tidak segera ditangani, abses dapat berkembang menjadi lebih parah dan mengakibatkan masalah pada jaringan penyangga gigi (poket periodontal). Jika sudah begini, abses gigi dapat menyebabkan kerusakan tulang penyangga gigi hingga gigi menjadi goyang (Plans).

Selain itu, sistem kekebalan tubuh (sistem imun) yang rendah juga dapat menjadi penyebab timbulnya abses pada gusi, akibat ketidakmampuan tubuh dalam melawan infeksi. Berkurangnya sistem kekebalan tubuh dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti rasa lelah, stress, maupun mengidap sebuah penyakit yang kronis.

Diagnosis

Pada tahap awal pemeriksaan, dokter gigi akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami oleh pasien. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti pada gigi, rongga mulut secara keseluruhan. Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mengetuk gigi pasien untuk mengetahui apakah gigi lebih sensitif terhadap sentuhan dan tekanan. Biasanya gigi yang mengalami abses cenderung lebih sensitif.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi : (Shweta & Prakash, 2013)

a. Foto Rontgen

Dilakukan untuk mengetahui seberapa luas infeksi yang terjadi, apakah telah menyebar ke daerah lain.

b. CT Scan

CT Scan dilakukan jika infeksi telah menyebar ke area lain, misalnya menyebar sampai ke area leher.

Pengobatan

Setelah melakukan pemeriksaan, barulah dapat ditentukan langkah pengobatan seperti apa yang harus diambil. Metode pengobatan yang bisa dilakukan yaitu (Siqueira & Rocas, 2013) :

a. Mengeringkan abses

Seperti diketahui, abses gigi terjadi karena adanya penumpukan nanah pada bagian tertentu. Dengan mengeringkan cairan nanah tersebut dapat menjadi salah satu cara pengobatan abses. Caranya membuat sayatan kecil pada benjolan abses, kemudian secara perlahan mengeluarkan cairan nanah dari benjolan tersebut.

b. Membuat kanal

Selain mengeringkan abses, dokter mungkin akan membuat kanal ke akar gigi. Cara ini dilakukan dengan mengebor bagian bawah gigi untuk mengangkat jaringan lunak yang menjadi pusat infeksi. Cara yang satu ini juga  bisa dilakukan untuk mengeringkan abses. Membuat kanal ke akar gigi bisa membantu menghilangkan infeksi dan menyelamatkan gigi.

c. Pemberian antibiotic

Pengobatan dengan antibiotic dilakukan jika infeksi sudah menyebar ke bagian lain. Pasalnya pemberian obat antibiotic ditujukan untuk menghentikan penyebaran bakteri. Dengan demikian, infeksi bisa dihentikan dan tidak menyerang gigi lain.

d. Mencabut gigi

Dalam beberapa kondisi, gigi yang terinfeksi mungkin sudah tidak bisa  diselamatkan. Jika itu yang terjadi, satu-satunya cara adalah dengan mencabut gigi yang terkena abses. Setelah dicabut, benjolan yang berisi cairan nanah pun akan dikeringkan.

e. Operasi

Jika abses gigi dan infeksi terus terjadi secara berulang, maka pengobatan terakhir adalah dilakukannya operasi untuk mengatasinya. Prosedur operasi pada abses gigi bertujuan untuk mengangkat jaringan yang rusak.

Review : drg. RA. Syanti W. Astuty, Sp. Perio

Mengenal Abses Otak Serta Penanganannya

Apa Itu Abses Otak?

Mungkin hingga saat ini masih banyak yang bertanya, Apa itu Abses otak? Pada dasarnya abses otak adalah seseorang yang mengalami penumpukan nanah akibat infeksi bakteri atau jamur di otak yang dipicu oleh cedera kepala atau infeksi di jaringan tubuh lain yang menyebar ke otak. Kondisi ini sering ditandai dengan munculnya sakit kepala yang berat, demam, kejang, bahkan gangguan kesadaran. Kondisi ini cukup berbahaya dan perlu penanganan yang cepat dan tepat. Mengingat hal tersebut maka ada baiknya setiap orang mengenal abses otak secara lebih dekat dengan harapan dapat tertangani secara tepat.

Mengenal Penyebab Abses Otak

Salah satu hal penting untuk dapat mengenal abses otak secara tepat adalah mengetahui penyebab utamanya. Pada abses otak hal ini terjadi karena adanya infeksi bakteri atau jamur akibat infeksi langsung di otak, misalnya pada cedera kepala, termasuk prosedur operasi otak, infeksi dari area berdekatan seperti infeksi telinga tengah (ontitis media), sinusitis, atau mastoiditis (infeksi pada tulang di belakang telinga), dan infeksi akibat penyebaran dari organ lain melalui darah seperti pneumonia, abses gigi, endokarditis (infeksi jantung). Jenis bakteri yang paling sering menyebabkan penumpukan nanah antara lain adalah Bacteriodes, Streptococcus, Enterobacter, Aspergilus dan parasit Toxoplasma gondii.

Faktor – Faktor Risiko

Abses otak dapat menyerang siapa saja di segala usia. Namun, beberapa orang lebih beresiko lebih tinggi daripada yang lainnya. Saat sistem kekebalan tubuh menurun, kemampuan tubuhnya melawan patogen akan menurun juga. Kondisi seperti daya tahan tubuh yang lemah pada penderita HIV/ AIDS atau kanker, penyakit jantung bawaan, atau radang selaput otak (meningitis) dapat meningkatkan resiko abses otak. Anak-anak memiliki resiko kematian yang lebih tinggi bila menderita abses otak.

Diagnosis

Disaat dokter akan melakukan penilaian awal dengan anamnesis (tanya jawab) secara detail dan pemeriksaan fisik terkait gejala klinis yang dialami pasien. Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis berupa tes darah, CT scan ataupun pemeriksaan MRI. Pemeriksaan MRI yang lengkap seperti MR-Spect dapat membantu membedakan abses dengan tumor.

Gejala

Gejala abses otak bisa beragam, tergantung pada ukuran dan letak abses tersebut. Beberapa gejala abses otak, antara lain sakit kepala terus menerus, demam, muntah, kejang, leher terasa kaku, gangguan fungsi saraf seperti kelemahan otot, kelumpuhan, dan bicara cadel, perubahan perilaku seperti gelisah dan linglung, serta gangguan penglihatan. Ada triad klasik abses otak yaitu demam, sakit kepala dan kejang hanya ditemukan pada 20% kasus. Selain gejala abses otak, akan dditemukan gejala penyebab abses seperti sesak nafas, atau gangguan jantung bila berasal dari kelainan jantung. Gusi bengkak atau gigi berlubang bila berasal dari infeksi gigi. Nyeri telinga bila penyebabnya berasal dari infeksi telinga5

Pengobatan

Setelah mengenal abses otak yang bisa mengurangi kualitas hidup penderitanya, pengobatan harus dilakukan segera karena jika tidak segera ditangani berpotensi menyebabkan gangguan kesadaran akibat penekanan otak oleh abses. Selain itu, abses otak berukuran besar beresiko pecah dan mengakibatkan penyebaran nanah yang sulit dikeluarkan. Untuk mengobati abses otak, berbagai mobalitas pengobatan dapat dilakukan dengan cara.

  1. Pemberian antibiotik yang sesuai penyebab abses. Lamanya pemberian antibiotik ini bisa hingga 2 minggu. Sehingga pasien terpaksa dirawat selama masa pemberian antibiotik ini. Antibiotik diutamakan untuk abses dengan ukuran kecil.
  2. Untuk abses berukuran besar atau multipel, diperlukan tindakan evakuasi nanah yang dikenal sebagai aspirasi abses. Tindakan ini dilakukan melalui 1 lubang kecil di tengkorak. Pada kasus abses berulang, bisa saja dilakukan kraniotomi untuk mengangkat kapsul abses. Evakuasi nanah dapat mempersingkat masa pemberian antibiotik sekaligus masa rawat.

Narasumber: dr Wienorman Gunawan Sp.BS


Mengenal Dampak Dari Penyakit Ablasio Retina Pada Mata

Pengertian & Definisi

Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempat normalnya di bagian belakang mata. Hal ini menyebabkan retina terpisah dari lapisan pembuluh darah yang menyediakan oksigen dan makanan dan bila tidak segera diobati, maka akan semakin besar risiko kebutaan pada mata yang terkena.

Gejala Dari Ablasio Retina

Jika mengalami gejala-gejala seperti berikut maka sebaiknya segera pergi ke dokter mata atau unit gawat darurat terdekat.

  • Banyak floater baru (bintik hitam kecil atau garis berlekuk-lekuk yang mengapung di   penglihatan Anda)
  • Kilatan cahaya di satu mata atau kedua mata yang timbul berulang-ulang
  • Bayangan gelap atau “tirai” yang menghalangi pandangan
  • Penglihatan buram mendadak

Ablasio retina termasuk dalam kegawatdaruratan mata. jika ablasio retina tidak segera ditangani maka maka retina yang terlepas akan semakin bertambah dan risiko kebutaan akan semakin meningkat.

Faktor Risiko

Hal-hal yang bisa menjadi faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah sebagai berikut :

  • Riwayat Ablasio Retina pada keluarga
  • Pernah terjadi Ablasio Retina sebelumnya
  • Riwayat trauma pada mata
  • Riwayat operasi mata sebelumnya
  • Retinopati diabetik (Komplikasi pada retina pada penderita Diabetes)
  • Mata minus tinggi
  • Kondisi atau penyakit mata lainnya  (degenerasi lattice, vaskulitis retina, dll)

Penyebab

Ada 3 jenis ablasio retina: Rhegmatogen, traktional, dan eksudatif.

Rhegmatogen: Jenis ablasio retina yang paling sering terjadi. Disebabkan oleh lubang atau robekan pada retina yang memungkinkan cairan vitreous melewati dan terkumpul di bawah retina sehingga menyebabkan retina terlepas dari penempelan dengan jaringan di bawahnya. Penuaan adalah penyebab utama ablasio retina jenis ini.  

Traksional: Ablasio retina terjadi karena pernarikan jaringan retina oleh jaringan parut yang tumbuh dan bertambah banyak. Retinopati Diabetik tahapan lanjut umumny merupakan penyebab utama terjadinya ablasio jenis ini.

Eksudatif:  Ablasio retina terjadi karena adanya penumpukan cairan di bawah retina, pada ablasio retina eksudatif tidak ditemukan adanya robekan atau lubang di retina. Degenerasi makula terkait usia, cedera pada mata, tumor, atau gangguan inflamasi dapat menjadi penyebab terjadinya ablasio retina jenis ini.

Pemeriksaan Terhadap Penderita Ablasio Retina

Setelah pemeriksaan umum berupa anamnesis, pemeriksaan tajam penglihatan, dan pemeriksaan slit lamp dilakukan, maka dokter mata akan melakukan pemeriksaan funduskopi retina dengan terlebih dahulu meneteskan obat yang bertujuan melebarkan anak mata (pupil)

Terkadang dokter mata pemeriksa akan meminta anda untuk melakukan pemeriksaan retina tambahan berupa pemeriksaan optical coherence tomography (OCT) atau Ultrasonography (USG) mata agar dapat yang memberikan data yang lebih lengkap untuk mengevaluasi secara utuh ablasio retina yang telah terjadi.

Tindakan Penanganan

Ketika robekan atau lubang retina belum berkembang menjadi ablasio retina, dokter  mata mungkin akan menyarankan Fotokoagulasi dengan laser. Tindakan ini bertujuan untuk membuat jaringan parut yang mengelilingi robekan atau lubang retina sehingga membentuk pagar pembatas yang mencegah perluasan lebih lanjut.

Namun jika ablasio retina telah terjadi, maka akan dilakukan tindakan bedah retina untuk menempelkan kembali retina pada posisi semula dan lebih baik dilakukan secepatnya.  Jenis operasi yang direkomendasikan akan bergantung terhadap derajat keparahan ablasio retina yang telah terjadi.  Tindakan bedah yang mungkin akan dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Retinopeksi Pneumatik.

Dilakukan penyuntikkan gelembung udara atau gas ke dalam mata yang akan menekan lapisan retina yang lepas kembali ke posisi semula.   Pada sebagian orang mungkin akan diberikan instruksi agar tidur dalam posisi tertentu (contoh : posisi tengkurap) selama beberap hari untuk menjaga agar gelembung tetap berada dalam posisi untuk terus menerus memberikan penekanan pada daerah retina tertentu.

  • Scleral Buckle.

Tehnik bedah yang menggunakan bahan silikon steril dengan cara membuat struktur penopang berupa “ikat pinggang”  mengelilingi rangka bola mata (sklera / sclera – bhs inggris) yang akan membantu proses penempelan retina.  Selain pemasangan alat ini, biasanya dilakukan fotokoagulasi laser pada daerah retina tertentu untuk membantu penempelan retina. Alat terpasang permanen.

  • Vitrektomi

Pada kedua tindakan tersebut diatas, mungkin akan dilakukan tindakan vitrektomi yang akan mengangkat gel vitreous bersama dengan jaringan lain yang menarik retina. Vitrektomi bisa dilakukan secara total atau sebagian.  Udara, gas atau minyak silikon kemudian disuntikkan ke dalam ruang vitreous untuk membantu meratakan retina.

Setelah beberapa waktu, gelembung udara dan gas akan diserap dan ruang vitreous akan terisi kembali dengan cairan tubuh. Jika minyak silikon digunakan, maka akan dilakukan tindakan pengangkatan minyak silikon beberapa bulan setelahnya.

Pemulihan penglihatan setelah tindakan bedah retina berbeda untuk setiap orang.  Beberapa orang memerlukan lebih dari satu kali operasi.  Sehingga diperlukan pemeriksaan yang rutin dan berkala untuk pemantauan proses penyembuhan dan untuk mengatasi komplikasi yang mungkin terjadi..

Narasumber : dr. Artha Latief, Sp.M

Sudah Anda Memiliki Kekebalan (Imunitas) Terhadap Virus SARS – CoV-2 Penyebab Covid-19?

Adanya kekebalan (imunitas humoral) terhadap virus SARS-CoV-2 dapat diperiksa dengan test anti-SARS-CoV-2 S Ig kuantitatif yang mengukur titer (kadar) Ig total (termasuk IgG) terhadap spike RBD (Recetor Binding Domain) dari virus SARS-CoV-2 untuk mengetahui kemampuan menetralkan virus.

Test anti-SARS-CoV-2 S Ig Quantitative ini memeriksa bahan darah (serum/plasma), metoda Electro-Chemiluminescence Immuno Assay (ECLIA), analiser otomatis. Waktu pengerjaannya dalam kurun hitungan 30 menit sampai beberapa jam tergantung banyaknya sampel. Jika jumlah titer makin tinggi maka makin baik (makin kuat daya netralisasi terhadap virus SARS-CoV-2)

Rapid test Antibodi kuantitatif ini direkomendasikan untuk :
– Seseorang sebelum vaksinasi, untuk mengetahui apakah perlu divaksinasi
– Seseorang vaksinasi, untuk mengetahui keberhasilan vaksinasi
– Setelah sembuh dari covid-19, untuk tahu apakah sudah ada cukup imunitas dan apakah sesuai untuk menjadi pendonor plasma konvalesen?


Narasumber : Prof. Dr. Marzuki S, Sp.PK (K), Spesialis Patologi Klinik.

Mengenal Gejala Virus Corona Dari Hari ke Hari

Hingga saat ini masih banyak orang yang baru melakukan pemeriksaan deteksi dini saat mengalami gejala dari suatu penyakit seperti demam tinggi, batuk, pilek dan lainnya.

 

Kenali lebih awal mulai hari ke1 masuknya virus ke dalam tubuh, agar parahnya sakit bisa dicegah. Gejala demam tinggi baru muncul di hari ke 8, dimana virus sudah berhasil berkembang, merusak dan merasuk luas di dalam tubuh. Tingkatkan daya tahan tubuh sebelum virus berhasil menghancurkan kita.

Perhatikan keadaan diri kita sejak kemungkinan mulai terpapar, yaitu sebagai berikut :

Hari ke 1- 3 :
• Hanya seperti masuk angin ringan.
• Makan minum masih normal.
• Tenggorokan hanya sedikit sakit.

Hari ke 4 :
• Sakit kepala ringan.
• Badan sedikit anget, sekitar 36.5°C.
• Sakit tenggorokan ringan.
• Suara mulai serak.
• Selera makan mulai terganggu.
• Indera Perasa/Pengecap “hilang”
• Indera penciuman juga menghilang.
• Sedikit diare ringan.

Hari ke 5 :
• Sakit tenggorokan.
• Suara serak.
• Badan mulai terasa meriang.
• Temperatur sekitar 36.5 – 36.7 °C.
• Badan terasa lelah, cape, sakit.
• Jari² dan persendian terasa sakit.

Hari ke 6 :
• Mulai demam ringan sekitar 37°C.
• Batuk kering atau sedikit berlendir.
• Sesekali terasa susah bernapas.
• Sakit Tenggorokan ketika bicara.
• Sakit waktu makan dan menelan.
• Mual dan mungkin muntah.
• Ada diare.

Hari ke 7 :
• Demam agak tinggi 37.4 – 37.8 °C.
• Batuk lebih banyak dan berdahak.
• Napas pendek² dan tetap.
• Kepala sakit kepala dan berat.
• Nyeri² seluruh tubuh.
• Diare bertambah.

Hari ke 8 :
• Demam tinggi 38°C atau lebih.
• Sulit bernapas, dada terasa berat.
• Sakit kepala, punggung dan sendi².
• Batuk terus menerus.
• Sulit berbicara, seperti bisu.

Hari ke 9 :
• Semua gejala tidak berubah.
• Batuk bertambah parah.
• Demam tak menentu, tak teratur.
• Napas bertambah Sulit.
• Pencegahan sudah tak mungkin.
• Harus segera ditolong intensif.

Bila waspada di hari ke 1-3 tingkatkan daya tahan tubuh, minum vitamin² C, D, E serta sedia panadol (parasetamol), mungkin penyakit ini dapat dihalau untuk berakhir sebelum parah dan kesembuhan boleh didapatkan.

Gejala hari ke 1-3 sangat² ringan dan sering terabaikan tak terdeteksi.
Mungkin hari ke 4 baru mulai curiga. Cepat isolasi mandiri, banyak minum air hangat atau jamu²an juga boleh. Berjemur diri, banyak cuci tangan, cuci muka, ganti baju. Makan makanan yg bergizi dan minum vitamin².

Selamat bersikap dan waspada. Tetap tenang namun bijak. Hindari kemungkinan terpapar sebisa mungkin. Semoga berhasil “berperang” melawan covid dan semoga kita tetap sehat.

Terima kasih sudah membaca.

Referensi: Dr. H. Latif Choibar Caropeboka Sp.PD, KEMD, FINASIM

Gejala Kanker Usus Besar dan Penanganannya

Gejala kanker usus besar seringkali disamakan dengan gejala wasir, padahal kedua penyakit tersebut memiliki perbedaam yang signifikan. Kanker usus besar merupakan suatu kondisi dimana adanya selaput lendir yang menyelimuti bagian kolon dan rektum. Anda harus mengenali gejala kanker usus besar agar dapat ditangani dengan segera, karena di Indonesia kanker usus besar merupakan kasus kanker yang paling sering dijumpai hingga menempati urutan ke-3 setelah kanker payudara dan kanker serviks.

Menurut dr. Eko Priatno, Sp. B (K)BD dari Bethsaida Hospital, terdapat dua faktor risiko yang menyebabkan kanker usus besar, yaitu faktor yang bisa dikendalikan oleh anda dan faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh anda.

Faktor yang bisa dikendalikan:

  • Diet tinggi serat dengan mengonsumsi buah dan sayur
  • Tidak mengonsumsi daging merah terlalu banyak
  • Kurangi kebiasaan merokok
  • Kurangi konsumsi alkohol
  • Mengurangi aktivitas fisik yang terlalu berat

Faktor yang tidak bisa dikendalikan:

  • Usia lebih diatas 50 tahun
  • Riwayat keluarga yang pernah menderita kanker usus besar

Gejala kanker usus besar:

  • Buang air besar berdarah, tetapi seringkali dianggap sebagai wasir
  • Selalu diare atau sulit sekali untuk buang air besar
  • Berat badan menurun tanpa alasan jelas, padahal anda tidak sedang menjalankan program diet atau melakukan aktivitas berat
  • Bentuk feses kecil layaknya sebuah pensil
  • Setiap buang air besar anda merasa perut anda masih terasa ada isinya dan tidak terbuang secara sempurna
  • Anus sering terasa nyeri saat mengejan atau saat tidak mengejan

Apabila anda sudah mengalami gejala-gelaja seperti yang disebutkan diatas, sebaiknya anda segera berkonsultasi ke Digestive Center di Bethsaida Hospital untuk mencegah situasi dan kondisi yang lebih buruk.

Berbagai opsi pemeriksaan

Terdapat berbagai opsi pemeriksaan yang bisa anda pilih untuk menegakan diagnose terhadap gejala-gejala kanker usus besar yang anda alami. Mulai dari pemeriksaan endoskopi, kolonoskopi, biopsi, dan CT Scan abdomen.

Cara mencegah kanker usus besar

Bagi anda yang sudah memiliki masalah pencernaan dan pernah merasakan gejala kanker usus besar seperti yang disebutkan, ada beberapa hal yang dapat anda lakukan. Mulai dari berhenti merokok, mengonsumsi aspirin dengan dosis yang rendah setiap hari, mengonsumsi asam folat, buah-buah dan sayuran secara teratur untuk melancarkan pencernaan, serta lakukan olahraga secara rutin.

Jika anda ingin melakukan pemeriksaan atau sekedar berkonsultasi, anda dapat berkunjung ke Digestive Center Bethsaida Hospital.

Narasumber: dr. Eko Priatno, Sp. B (K)BD

Merawat Gigi Behel dengan Benar

Merawat gigi behel dengan benar berbeda dengan merawat gigi biasa yang tidak menggunakan behel atau kawat gigi. Behel atau kawat gigi merupakan teknik untuk merapikan susunan gigi seseorang agar telihat lebih terstruktur. Salah satu cara paling umum untuk merawat gigi adalah dengan menggosok gigi, sayangnya gigi behel lebih sulit dibersihkan dan dijangkau dibandingkan dengan gigi yang tidak menggunakan behel.

Jika gigi behel tidak dirawat dengan baik dan benar, hal tersebut akan menyebabkan gigi menjadi berlubang, gusi sariawan, perih dan iritasi. Menurut drg. Fauzia Adhiwidyanti, Sp.Ort dari Bethsaida Hospital Dental Center terdapat beberapa tips untuk merawat gigi behel dengan baik dan benar:

  1. Menggunakan dental floss untuk membersihkan sela-sela gigi secara maksimal dan lebih presisi.
  2. Jaga kesehatan mulut dan gusi dengan obat kumut antiseptik untuk membantu menghilangkan sisa makanan yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.
  3. Selalu kumur mulut dengan air putih setelah selesai makan untuk menghindari sisa makanan yang terselip pada bracket.
  4. Tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan lengket seperti dodol dan permen karet. Karena makanan yang lengket akan mudah menempel pada behel dan membuat bracket rentan lepas.
  5. Hindari konsumsi makanan yang mengandung banyak tepung dan gula agar plak tidak menumpuk pada gigi.
  6. Usahakan untuk memilih sikat gigi dan pasta gigi khusus untuk perawatan behel.
  7. Rutin kontrol setiap bulan untuk mengganti bracket yang renggang.
  8. Potong makanan yang terlalu besar menjadi potongan-potongan kecil agar lebih mudah dikunyah. Hal ini juga membantu agar bracket tidak mudah lepas.
  9. Menyikat gigi setiap hari minimal 2x sehari sesudah bangun tidur dan sebelum tidur.

Jika anda ingin berkonsultasi mengenai pemasangan behel atau sekedar berkonsultasi mengenai kesehatan gigi dan mulut, anda bisa mengunjungi Bethsaida Hospital Dental Centersebagai one stop dental service.

Narasumber: drg. Fauzia Adhiwidyanti, Sp.Ort