Hari anti tembakau sedunia diperingati setiap tanggal 31 Mei. Gerakan ini bertujuan agar para perokok di seluruh dunia tidak merokok (menghisap tembakau) selama 24 jam. Hari anti tembakau sedunia juga bertujuan untuk menarik perhatian untuk menyerukan dampak negatif dari merokok.
Menurut WHO, jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat tiga besar di dunia setelah Cina dan India yakni sebesar 65 juta perokok atau 28% per penduduk dengan jumlah 225 miliar batang per tahun)
Sejak 2004-2008 pertumbuhan rokok di Indonesia sangatlah besar dari 194 miliar menjadi 230 miliar batang atau naek 18.6% dalam kurun waktu 5 tahun.
Survei yang dilakukan oleh The Global Youth Tobacco Survey di Indonesia pada tahun 2006 menyatakan bahwa lebih dari 43 juta anak Indonesia tinggal serumah dengan perokok, berarti 64,2% anak indonesia terpapar asap rokok selama di rumah
Fakta lain yang dipaparkan oleh lembaga survei ini adalah 57% rumah tangga di Indonesia memiliki sedikitinya 1 orang perokok. Kondisi ini memungkinkan orang-orang disekitar perokok menjadi perokok pasif, termasuk anak-anak
Satu hal yang paling mengejutkan adalah menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami peningkatan. Data riset tersebut juga menunjukaan sebanyak 64,9% warga yang merokok adalah laki-laki, 2,1% perempuan dan 1,2% perokok masih berumur 10-14 tahun.
Rokok mengandung 10 macam zat radikal berbahaya yang dapat merusak sel saluran napas. Zat radikal tersebut memiliki keterkaitan erat sebagai salah satu penyebab terjadinya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan kanker paru.
Maka dari itu, marilah bersama-sama kita membangun hidup yang lebih baik tanpa rokok.
Narasumber: dr. Febriana Novariska, Sp.P (dokter spesialis paru Bethsaida Hospitals)