Apakah anda pernah diberitahukan menderita hepatitis B atau hepatitis C saat pemeriksaan medical check up? Atau setelah anda melakukan donor darah, anda mendapatkan surat dari Palang Merah Indonesia yang mengatakan bahwa anda terinfeksi hepatitis B atau hepatitis C?
Hepatitis B dan hepatitis C memang masih menjadi masalah di negara kita. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa hepatitis B telah menginfeksi 2 milyar orang di dunia, lebih dari 350 juta orang diantaranya merupakan pengidap virus hepatitis B kronik, 150 juta penderita hepatitis C kronik, antara 850.000 sampai 1,05 juta penduduk dunia meninggal setiap tahun karena infeksi hepatitis B dan C. Di Indonesia, angka pengidap hepatitis B pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0 – 20.3 %. Diperkirakan 9 dan 100 orang Indonesia terinfeksi hepatitis B. Estimasi penderita hepatits B dan C diperkirakan 25 juta orang, 50 persennya diperkirakan akan menjadi penyakit hati kronik dan 10 persennya menjadi fibrosis hati dan kemudian menjadi kanker hati.
Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B sedangkan penyakit hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. Pada orang yang terinfeksi virus dapat terjadi dua kejadian klinis yaitu: 1. Hepatitis akut yang kemudian sembuh secara spontan atau 2. Berkembang menjadi kronik.
Fase akut dapat ditandai dengan lemas, mual, muntah, diare dan demam yang tidak begitu tinggi yang diikuti urine yang berwarna gelap, kuning dan hati yang membesar. Tapi fase akut juga dapat hanya berupa peningkatan fungsi hati (SGOT, SGPT).
Fase kronik meliputi spektrum klinik yang luas, mulai dari hanya peningkatan fungsi hati tanpa gejala, sampai keadaan yang berat mulai dari nyeri perut, urin yang berwarna gelap, kehilangan nafsu makan, lemah, kulit dan mata berwarna kuning, demam. Pada keadaan lanjut, pasien dapat datang dengan komplikasi sirosis seperti adanya cairan di perut, muntah darah, penurunan kesadaran dan kanker hati.