Benarkah gadget meningkatkan risiko obesitas pada anak?

Masalah kesehatan anak yang meningkat akhir-akhir ini adalah obesitas. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak-anak sudah meningkat menjadi 20% pada tahun 2003 dari sekitar 5-6% pada tahun 1989.Rata- rata penyebabnya adalah karena anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan TV, komputer, handphone atau perangkat video game daripada bermain diluar ruangan. Ditambah dengan tipikal keluarga masa kini yang sangat sibuk dan biasanya hanya punya sedikit waktu untuk menyiapkan makanan sehari-hari.

Obesitas atau kegemukan diartikan juga sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Penyebab obesitas sendiri disebabkan banyak faktor seperti masalah genetik, hormonal, kebiasaan makan, status sosial ekonomi dan penurunan aktivitas fisik.

Ciri-ciri anak yang mengalami obesitas adalah wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung, dengan payudara yang membesar karena mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat serta pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak (burried penis).

Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Status gizi ditentukan  menggunakan cut off Z score WHO 2006 untuk usia 0-5 tahun dan persentase berat badan ideal sesuai kriteria Waterlow untuk anak di atas 5 tahun.

Tabel 1. Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000.

Status gizi BB/TB (% median) BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000
Obesitas >120 > +3 > P95
Overweight >110 > +2 hingga +3 SD P85 – p95
Normal > 90 +2 SD hingga -2 SD
Gizi kurang 70-90 < -2 SD hingga -3 SD
Gizi buruk < 70 < – 3 SD

Bila pada hasil pengukuran didapatkan, terdapat potensi gizi lebih (≥+2 SD ) atau BB/TB>110%, maka grafik IMT sesuai usia dan jenis kelamin digunakan untuk menentukan adanya obesitas. Untuk anak <2 tahun, menggunakan grafik IMT WHO 2006 dengan kriteria overweight Z score > + 2, obesitas > +3, sedangkan untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan grafik IMT CDC 2000. Ambang batas yang digunakan untuk overweight ialah diatas P85 hingga P95 sedangkan untuk obesitas ialah lebih dari P95 grafik CDC 2000.

Tabel 2. Dasar pemilihan penggunaan grafik IMT sesuai usia.

Usia Grafik IMT yang dipakai Alasan
0 – 2 tahun WH0 2006 Grafik IMT (CDC 2000) tidak tersedia untuk klasifikasi usia dibawah 2 tahun
> 2 – 18 tahun CDC 2000 Dengan menggunakan grafik IMT CDC 2000 persentil 95, deteksi dini obesitas dapat ditegakkan

Anak yang kelebihan berat badan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2, sindrom metabolik, tekanan darah tinggi, asma dan masalah saluran pernafasan lainnya, masalah tidur, penyakit liver & kantung empedu, pubertas atau menarche dini, masalah makan, masalah pada tulang dan persendian serta masalah perkembangan sosial dan emosional anak.

Tata laksana penanganan obesitas pada anak-anak dapat berupa memberikan makanan yang sehat dan berimbang dengan membiasakan anak mengonsumsi makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan, pengaturan kegiatan fisik dengan membiasakan anak melakukan kegiatan fisik diluar sekolah selama 20-30 menit per hari, modifikasi kebiasaan makan dengan membatasi makanan jenis cepat saji, serta pemberian ASI secara eksklusif sebab pemberian ASI tidak akan membuat asupan susu si kecil menjadi berlebihan.

Penurunan berat badan biasanya direkomendasikan untuk anak-anak berusia di atas 7 tahun atau untuk anak yang lebih muda yang memiliki masalah kesehatan. Penurunan berat badan harus dilalukan secara teratur dan sedikit demi sedikit. Biasanya dengan kisaran antara 1 pound (0.45 kg) dalam seminggu sampai 1 pound dalam sebulan, tergantung kondisi anak Anda.

Kesuksesan metode ini sangat bergantung pada komitmen orangtua untuk membantu anak dalam melakukan perubahan ini. Orangtua harus memikirkan pola makan dan pola olahraga sebagai satu koin dengan dua sisi yang berbeda.

 

Narasumber: dr. Aldy Rinaldi, Sp.A (dokter spesialis anak Bethsaida Hospitals)