Hubungan Antara Stres Mental dan Gangguan Saluran Pencernaan: Fenomena Psikosomatik dalam Kehidupan Sehari-hari
Narasumber : dr. E. Mudjaddid, SpPD, K-Psi, FINASIM
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai gangguan saluran pencernaan yang berhubungan dengan kondisi stress, cemas atau depresi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Ada hubungan yang sangat erat, bersatu/ terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan antara otak dan susunan saraf pusat dengan sistem pencernaan kita sehingga ketika otak mengalami keadaan stress yang ringan atau berat dalam kurun waktu yang Panjang, sehingga terjadi perubahan pada suasana emosional dan perasaan hati seseorang yang membuat gangguan sistem percernaan berupa gejala dan keluhan yang bersifat kronis, dapat berulang serta hilang timbul.
Apa itu dispepsia fungsional?
Dispepsia fungsional dianggap sebagai salah satu gangguan fungsional yang paling umum. Diperkirakan 10 - 20% orang yang mencari layanan kesehatan untuk mengatasi gejalanya mungkin menderita dispepsia fungsional. Namun karena banyak orang tidak pernah mencari layanan kesehatan untuk mengatasi gejala yang dialami, jumlah penderitanya mungkin jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Gejala dan Tanda
Kriteria Roma IV untuk Dispepsia Fungsional
Dispepsia fungsional pada orang dewasa tanpa bukti penyakit struktural, penyakit sistemik, organik, atau metabolik didiagnosis dengan setidaknya satu dari gejala berikut yang muncul selama 3 bulan atau lebih dengan jarak setidaknya 6 bulan sebelum terdiagnosis:
- Rasa penuh setelah makan (3 hari dalam 1 minggu)
- Nyeri epigastrium (1 hari dalam 1 minggu)
- Rasa terbakar di epigastrium ( 1 hari dalam 1 minggu)
- Rasa cepat kenyang ( 3 hari dalam 1 minggu)
Pembagian dispepsia fungsional dapat menjadi sindrom nyeri epigastrium dan sindrom distress postprandial.
- Sindrom distres postprandial/PDS (35%) biasanya disebabkan oleh makanan dan muncul dengan rasa kenyang setelah makan dan rasa kenyang dini (cepat kenyang) yang menghalangi selesainya makan dalam jumlah biasa, mual, kembung/begah, bersendawa.
- Sindrom nyeri epigastrium/EPS (27%) ditandai dengan nyeri epigastrium/ulu hati atau rasa terbakar ulu hati. Keluhan ini bisa cukup parah sehingga mempengaruhi aktivitas sehai-hari.
- Apa Penyebabnya?
- Infeksi bakteri H.Pylori
- Gangguan akomodasi dan pengosongan lambung
- Hipersensitivitas visceral
- Gangguan mikrobiota usus
- Alergi makanan
- Riwayat cemas dan depresi
- Merokok dan produk tembakau
- Penggunaan obat2an antinyeri
- DLL
- Bagaimana Pengobatannya?
- Jika hasil tes positif mengidap infeksi bakteri H.Pylori, maka akan diobati dengan antibiotik
- Obat-obatan proton pump inhibitor dan prokinetik
- Obat-obatan anti depresan atau anti ansietas
- Psikoterapi, edukasi dan terapi perilaku
- Perubahan pola makan/ diet yang baik
- Perubahan gaya hidup: Beberapa orang menemukan bahwa menurunkan berat badan, lebih banyak berolahraga, cukup tidur dan mengurangi faktor stres dalam hidup mereka memperbaiki gejala pencernaan.
Untuk keterangan dan pengobatan lebih lanjut silahkan berkonsultasi kepada Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Psikosomatik Bethsaida Hospital Gading Serpong, Tangerang